JAKARTA - PT Pertamina Patra Niaga terus menunjukkan komitmennya terhadap pengembangan energi hijau melalui inovasi produk bahan bakar ramah lingkungan.
Salah satunya adalah Pertamax Green 95, bahan bakar minyak (BBM) dengan kandungan etanol 5 persen atau E5. Produk ini telah beredar di 163 SPBU Pertamina di Pulau Jawa dan menjadi bagian penting dalam mendukung transisi energi nasional.
Pertamax Green 95 menggunakan bioetanol yang bersumber dari tanaman tebu, sehingga termasuk kategori bahan bakar nabati yang lebih ramah lingkungan.
Kehadiran BBM ini tidak hanya memperkuat upaya pengurangan emisi karbon, tetapi juga menandai langkah nyata Pertamina Patra Niaga dalam memperluas penggunaan energi terbarukan di sektor transportasi.
Dua Tahun Dipasarkan, Penjualan Terus Tumbuh Positif
Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra, menjelaskan bahwa pengembangan produk berbasis bioetanol tidak semata mengikuti tren global, tetapi juga menjadi bukti kontribusi Indonesia dalam peta energi berkelanjutan dunia.
Pertamax Green 95 sendiri telah dua tahun dipasarkan dan menunjukkan pertumbuhan penjualan yang konsisten di berbagai daerah seperti Jakarta, Bogor, Depok, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
“Kami memahami bahwa dalam memasarkan varian baru perlu waktu untuk edukasi kepada masyarakat atas manfaat dari bioetanol. Selain emisi yang dihasilkan lebih ramah lingkungan, produk ini juga mempunyai karakteristik akselerasi yang baik,” ujarnya.
Mars Ega memastikan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir terhadap performa bahan bakar ini. Pertamax Green 95 dilengkapi dengan aditif seperti corrosion inhibitor untuk mengurangi efek korosi serta demulsifier yang berfungsi mengurai kontaminasi air.
Dengan formulasi tersebut, kualitas mesin tetap terjaga dan performa kendaraan dapat optimal.
Green Energy Station, Bukti Nyata Transformasi Ramah Lingkungan
Selain produk BBM rendah emisi, Pertamina Patra Niaga juga mengembangkan konsep Green Energy Station (GES), yakni SPBU dengan sistem pembangkit listrik tenaga surya. Konsep ini menjadi langkah lanjutan perusahaan dalam menghadirkan solusi energi terbarukan secara menyeluruh di jaringan SPBU.
Melalui pemasangan panel surya di atap SPBU, kebutuhan listrik di lokasi dapat dipenuhi secara mandiri tanpa bergantung sepenuhnya pada jaringan listrik konvensional. Inovasi ini bahkan mampu mereduksi emisi karbon hingga 556 kilogram CO₂ eq per bulan atau setara dengan menanam 300 pohon.
Dengan konsep tersebut, GES tidak hanya berfungsi sebagai tempat pengisian bahan bakar, tetapi juga sebagai simbol kepedulian perusahaan terhadap pelestarian lingkungan. Langkah ini menjadi bagian penting dari upaya perlindungan lapisan ozon dan peningkatan kualitas udara di sekitar area SPBU.
Dukungan terhadap Transisi Energi dan Gaya Hidup Hijau
Green Energy Station juga menyediakan berbagai layanan pendukung yang ramah lingkungan. Di antaranya terdapat Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) untuk pengisian daya kendaraan listrik, Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) untuk penukaran baterai, serta sistem pembayaran nontunai yang efisien.
Selain itu, produk yang tersedia di SPBU ini adalah bahan bakar berkualitas tinggi seperti Pertamax Series dan Pertamina Dex.
Mars Ega menambahkan, papan berwarna hijau yang menjadi ciri khas SPBU GES bukan hanya sekadar elemen visual, melainkan simbol dari inovasi berkelanjutan yang diusung Pertamina Patra Niaga.
“Pertamina Patra Niaga memahami bahwa masyarakat kini semakin peduli dengan pentingnya menjaga lingkungan. Melalui Green Energy Station, kami hadir untuk mendukung transisi energi hijau sekaligus menyediakan layanan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan,” ucapnya.
Inisiatif tersebut memperlihatkan bahwa perusahaan tidak hanya fokus pada profitabilitas bisnis, tetapi juga pada keberlanjutan dan tanggung jawab terhadap bumi.
Dengan langkah strategis seperti Pertamax Green 95 dan SPBU Green Energy Station, Pertamina Patra Niaga mempertegas perannya dalam mempercepat transisi energi bersih di Indonesia.