JAKARTA - Harga batu bara kembali menunjukkan pergerakan positif setelah beberapa pekan terakhir tertekan.
Dalam perdagangan terkini, harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan mendatang ditutup di level US$ 105,85 per ton, naik tajam 1,98% dibandingkan hari sebelumnya.
Peningkatan ini menandai posisi tertinggi sejak akhir September, menandakan munculnya sinyal pemulihan jangka pendek di tengah tren pelemahan yang masih membayangi.
Kenaikan hampir dua persen ini dipicu oleh aksi beli murah atau bargain buying yang dilakukan oleh pelaku pasar setelah harga batu bara sempat anjlok ke level terendah dalam tiga minggu terakhir.
Kondisi harga yang relatif rendah membuat komoditas ini kembali menarik bagi investor yang ingin memanfaatkan momentum rebound jangka pendek.
Bargain Buying Jadi Pendorong Lonjakan Harga Batu Bara
Aksi serok di bawah oleh para pelaku pasar menjadi faktor utama yang mendorong kenaikan harga batu bara. Setelah sempat melemah secara signifikan, harga komoditas ini kini dianggap “murah” oleh banyak trader, sehingga muncul potensi pembalikan arah dalam jangka pendek.
Sepanjang tahun berjalan, harga batu bara masih mencatatkan koreksi sebesar 15,49% (year-to-date), mencerminkan tekanan yang cukup dalam akibat melimpahnya pasokan global serta berkurangnya permintaan dari beberapa negara konsumen utama.
Namun, momentum teknikal yang muncul kali ini menjadi indikasi adanya ruang pemulihan, meski sifatnya belum berkelanjutan.
Kondisi ini juga menggambarkan bagaimana pasar komoditas energi tetap dinamis dan cepat berubah, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global serta kebijakan energi bersih yang terus berkembang di berbagai negara.
Tekanan Bearish Masih Bayangi Perdagangan Batu Bara
Meski harga batu bara naik dalam jangka pendek, secara teknikal komoditas ini masih berada di zona bearish. Berdasarkan analisis harian (daily time frame), Relative Strength Index (RSI) batu bara tercatat di angka 44, menandakan tren masih condong melemah karena berada di bawah level 50.
Sementara itu, indikator Stochastic RSI juga menunjukkan posisi di level 42, menggambarkan area jual (short) yang cukup kuat. Kedua indikator ini memperlihatkan bahwa meskipun harga sempat menguat, tekanan jual masih mendominasi pasar, dan potensi koreksi kembali tetap terbuka.
Dalam kondisi seperti ini, pelaku pasar biasanya lebih berhati-hati dalam mengambil posisi. Mereka menunggu konfirmasi teknikal yang lebih kuat sebelum kembali melakukan pembelian besar-besaran. Namun, bagi sebagian trader, level harga saat ini tetap dianggap menarik sebagai peluang untuk masuk pada posisi jangka pendek.
Proyeksi Pergerakan Harga: Masih Sideways dengan Potensi Rebound
Untuk perdagangan selanjutnya, harga batu bara diperkirakan akan bergerak sideways di tengah tarik-menarik antara aksi beli dan tekanan jual. Level resisten diproyeksikan berada di kisaran US$ 106–107 per ton, sementara support diperkirakan berada di rentang US$ 104–101 per ton.
Jika harga mampu menembus batas resisten, peluang menuju tren positif dalam jangka menengah bisa terbuka. Sebaliknya, jika kembali terkoreksi dan menembus level support, harga batu bara berisiko turun lebih dalam.
Kondisi pasar global yang masih penuh ketidakpastian membuat arah harga batu bara sulit diprediksi secara pasti. Meski demikian, pelaku pasar tetap memantau sinyal-sinyal pemulihan yang muncul dari aktivitas perdagangan harian dan tren pembelian jangka pendek.
Secara keseluruhan, pergerakan harga batu bara yang mulai menguat ini menjadi titik terang di tengah tekanan pasar energi dunia. Dengan potensi rebound yang mulai terlihat, pasar komoditas ini mungkin sedang memasuki fase stabilisasi baru, di mana keseimbangan antara permintaan dan penawaran kembali terbentuk.