BNPB Uji Sistem Peringatan Dini Tsunami di Pacitan

Rabu, 29 Oktober 2025 | 10:36:29 WIB
BNPB Uji Sistem Peringatan Dini Tsunami di Pacitan

JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kembali melakukan uji coba sistem peringatan dini tsunami, kali ini di Pacitan. Kegiatan ini dilaksanakan secara hybrid dengan fokus pada Pusat Pengendalian dan Operasi (pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat. Simulasi yang dilakukan menampilkan skenario terjadinya gempa bumi berkekuatan M 8,7 yang berpusat di perairan selatan Pacitan.

Getaran gempa yang disimulasikan dalam kegiatan itu digambarkan terasa hingga pulau Bali dan sebagian Sumbawa. Situasi tersebut, meskipun hanya skenario, sempat membuat warga Pacitan yang dikenal sebagai ‘Kota 1.000 Gua’ terkejut. Simulasi berlangsung sekitar dua menit, memberi kesempatan bagi petugas dan sistem peringatan dini untuk menanggapi ancaman secepat mungkin.

Sistem Peringatan dan Aktivasi Sirene

Peringatan dini dikirim melalui Warning Receiver System (WRS) milik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), yang terintegrasi dengan aplikasi BNPB, termasuk Multi Hazard Early Warning System (MHEWS) dan Sistem Informasi Manajemen Pusat Pengendalian Operasi (SIMAMPU). Petugas di pusdalops BPBD Pacitan kemudian menyampaikan perintah evakuasi dengan mengaktifkan dua sirene di Kecamatan Kota, yakni di Desa Kembang dan Kelurahan Sidoharjo.

Dalam skenario tersebut, sirene pertama diaktifkan secara manual, sementara sirene kedua dioperasikan langsung dari pusdalops menggunakan moda GSM. Kedua sirene berbunyi hampir bersamaan, memastikan seluruh warga mendapatkan peringatan secara efektif. Tujuan utama uji coba ini adalah memastikan bahwa sistem yang dikembangkan dengan dukungan Bank Dunia melalui program IDRIP (Indonesia Disaster Resilience Initiative Project) berfungsi sesuai harapan.

Peningkatan Kapasitas Masyarakat dan Kerja Sama Lintas Lembaga

Menurut Penelaah Teknis Kebijakan BNPB, Dianitta Agustinawati, lembaganya terus mengembangkan berbagai sistem guna meningkatkan kapasitas masyarakat menghadapi ancaman bencana. Dianitta menegaskan bahwa kerja sama lintas lembaga menjadi kunci keberhasilan, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Upaya ini melibatkan koordinasi dengan pemerintah, masyarakat, serta dunia usaha. BNPB juga menjalin jejaring dengan organisasi non pemerintah di dalam negeri maupun internasional. Tujuannya adalah membangun kesiapsiagaan sebagai budaya sehari-hari, sekaligus memastikan peringatan dini bisa tersampaikan secara cepat dan tepat. Selain meningkatkan sistem berbasis teknologi, BNPB fokus pada pelatihan dan simulasi untuk memperkuat kemampuan masyarakat dalam menanggapi ancaman bencana.

Optimasi Pusdalops dan Harapan Pemerintah Daerah

Kepala Pelaksana BPBD Pacitan, Erwin Andriatmoko, menyampaikan bahwa fasilitas pusdalops yang kini dimiliki daerahnya cukup lengkap dan dapat dimanfaatkan secara optimal. Erwin menekankan bahwa sarana tersebut diharapkan mampu mempercepat penyampaian peringatan ancaman bencana, sehingga masyarakat dapat melakukan evakuasi tepat waktu dan mengurangi risiko.

Ia juga menekankan pentingnya dokumen Rencana Kontinjensi yang mencatat 47 desa dari tujuh kecamatan di Pacitan masuk dalam zona merah tsunami. Dengan adanya pusdalops yang didukung teknologi modern, pemerintah daerah berharap langkah-langkah mitigasi dapat dilakukan lebih efektif, serta masyarakat lebih siap menghadapi potensi bencana alam.

Melalui serangkaian uji coba ini, BNPB dan BPBD Pacitan menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat sistem peringatan dini, memaksimalkan teknologi, dan membangun budaya kesiapsiagaan di masyarakat. Upaya ini diharapkan dapat meminimalkan dampak bencana serta meningkatkan ketahanan komunitas terhadap ancaman tsunami dan gempa bumi di masa mendatang.

Terkini