JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk telah menyerap penuh suntikan dana pemerintah sebesar Rp 55 triliun.
Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, menyampaikan bahwa dana tersebut awalnya diberikan untuk mendorong pergerakan ekonomi nasional. Tidak hanya itu, Bank Mandiri bahkan telah mengajukan permintaan tambahan penempatan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) kepada pemerintah.
“Sepertinya Bank Mandiri akan minta lagi, karena uang Rp 55 triliun itu sudah habis,” ujar Purbaya. Pernyataan ini menegaskan bahwa bank Himbara memanfaatkan dana pemerintah secara optimal dan menunjukkan kebutuhan tambahan dana masih ada untuk menjaga laju ekonomi.
Purbaya menambahkan, pemerintah tidak akan ragu untuk menambah suntikan dana ke perbankan jika dorongan terhadap perekonomian masih dirasa kurang optimal. Hal ini menjadi salah satu langkah pemerintah untuk memastikan kegiatan ekonomi tetap berjalan meskipun kondisi global dan domestik menunjukkan ketidakpastian.
Dampak Positif Terhadap Kredit Perbankan
Sejauh ini, injeksi dana pemerintah memberikan dampak positif pada pertumbuhan kredit perbankan. Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan pertumbuhan kredit pada September 2025 sebesar 7,7 persen, sedikit meningkat dari Agustus 2025 yang tercatat 7,56 persen.
Purbaya menilai pertumbuhan kredit yang relatif moderat ini masih dipengaruhi ketidakstabilan ekonomi akibat aksi demonstrasi yang sempat terjadi sebelumnya. Meski demikian, pemerintah optimis kondisi perekonomian akan terus membaik pada triwulan IV tahun ini.
“Kredit perbankan mulai bergeliat, tapi saya akan terus memantau. Jika masih kurang, kami siap mendorong lagi,” ujar Purbaya. Hal ini menegaskan komitmen pemerintah dalam memastikan likuiditas perbankan cukup untuk mendukung pembiayaan usaha dan konsumsi masyarakat.
Penyaluran Dana Tingkatkan Uang Beredar
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengungkapkan bahwa penempatan dana pemerintah di sektor perbankan mendorong peningkatan jumlah uang beredar.
Pertumbuhan uang primer (M0) adjusted tercatat 18,58 persen year-on-year pada September 2025, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan M0 non-adjusted yang sebesar 13,16 persen yoy.
Uang primer adjusted ini memperhitungkan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) bank akibat kebijakan insentif likuiditas makroprudensial. Dengan adanya tambahan dana pemerintah, bank Himbara mampu menyalurkan lebih banyak kredit kepada masyarakat dan pelaku usaha, sehingga mendukung aktivitas ekonomi yang sempat melambat.
Perry menegaskan, langkah ini juga berdampak pada perputaran ekonomi di sektor riil. Dengan ketersediaan uang yang lebih besar, masyarakat memiliki akses lebih mudah untuk membeli kebutuhan sehari-hari dan perusahaan dapat memperoleh modal kerja tambahan.
Optimalisasi Dana Pemerintah untuk Pertumbuhan Ekonomi
Selain Bank Mandiri, pemerintah juga memantau potensi penyaluran dana di bank Himbara lainnya. Tujuannya adalah memastikan seluruh dana pemerintah terserap maksimal dan mendukung pertumbuhan kredit.
“Jika dorongan ekonomi belum cukup, kami akan menambah lagi suntikan dana. Hal ini penting agar ekonomi tetap bergerak meski ada tekanan eksternal maupun internal,” terang Purbaya. Dengan strategi ini, pemerintah menekankan peran bank sebagai penggerak utama likuiditas dan perputaran uang di masyarakat.
Secara keseluruhan, penyediaan dana pemerintah kepada bank Himbara menjadi instrumen efektif untuk menstabilkan perekonomian. Dampaknya terlihat pada pertumbuhan kredit perbankan, kenaikan jumlah uang beredar, serta peningkatan aktivitas sektor riil.
Langkah ini menjadi bukti bahwa pemerintah terus memantau dan merespons kebutuhan ekonomi secara cepat.