Harga Minyak Dunia Melemah, Investor Siapkan Strategi Baru Hadapi Surplus 2026

Rabu, 15 Oktober 2025 | 09:39:51 WIB
Harga Minyak Dunia Melemah, Investor Siapkan Strategi Baru Hadapi Surplus 2026

JAKARTA - Harga minyak dunia kembali mengalami penurunan karena proyeksi kelebihan pasokan global.

Meski pasar menghadapi tekanan, sejumlah pihak melihat peluang investasi jangka menengah. Ketegangan dagang AS–China tetap menjadi faktor utama yang memengaruhi arah pasar energi.

Dinamika Harga dan Sentimen Pasar Global

Harga minyak dunia melemah dalam perdagangan terakhir, menandai perubahan sentimen di kalangan investor energi global. Penurunan terjadi ketika pasar mulai menyoroti laporan terbaru Badan Energi Internasional (IEA) yang memperingatkan potensi kelebihan pasokan besar dalam dua tahun ke depan. 

Harga minyak Brent turun sebesar 1,5% menjadi US$62,39 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) terkoreksi 1,3% ke level US$58,70. Kondisi ini membuat pelaku pasar bersikap lebih berhati-hati dalam mengambil posisi baru.

Tekanan terhadap harga minyak turut dipengaruhi oleh meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, dua negara dengan konsumsi energi terbesar di dunia.  

Investor menilai ketidakpastian arah hubungan dagang tersebut dapat memperlambat aktivitas ekonomi global dan pada akhirnya menekan permintaan energi. 

Meski demikian, para analis menilai penurunan harga saat ini belum sepenuhnya mencerminkan pelemahan jangka panjang, melainkan lebih sebagai reaksi sementara terhadap situasi geopolitik dan proyeksi pasokan.

Menurut UBS Analysts Giovanni Staunovo, situasi pasar memperlihatkan adanya perubahan perilaku investor yang lebih defensif. “Sentimen risk-off kembali muncul di pasar karena ketegangan dagang yang membebani kepercayaan investor, sementara laporan kali ini bersifat bearish,” ujarnya.

Proyeksi Surplus dan Pandangan IEA

Dalam laporannya, Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan pasar minyak global akan menghadapi surplus pasokan hingga empat juta barel per hari pada tahun mendatang. 

Prediksi ini didasarkan pada peningkatan produksi dari berbagai negara produsen minyak, sementara permintaan global belum menunjukkan pertumbuhan signifikan. Kondisi tersebut dikhawatirkan dapat menekan harga minyak mentah ke level yang lebih rendah apabila tidak diimbangi dengan pengaturan produksi yang hati-hati.

IEA juga menilai peningkatan kapasitas produksi yang masif dapat menimbulkan risiko baru bagi stabilitas pasar. Apabila suplai terus meningkat tanpa disertai pertumbuhan konsumsi yang sepadan, maka keseimbangan harga minyak dunia akan sulit dipertahankan. 

Laporan ini menjadi perhatian utama bagi investor energi dan perusahaan minyak yang kini harus meninjau ulang rencana ekspansi mereka.

Namun demikian, dalam konteks investasi jangka menengah, proyeksi surplus ini tidak selalu berarti negatif. Harga minyak yang lebih rendah dapat membuka peluang akumulasi aset energi dengan valuasi lebih menarik. 

Banyak analis berpendapat bahwa volatilitas harga minyak justru memberikan ruang bagi investor strategis untuk menyiapkan langkah akuisisi dan diversifikasi investasi di sektor energi berkelanjutan.

Optimisme dari OPEC dan Pelaku Industri

Berbeda dengan pandangan IEA yang cenderung hati-hati, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyampaikan analisis yang lebih positif melalui laporan bulanan terbarunya. 

OPEC memperkirakan defisit pasokan minyak global akan menyusut tahun depan, seiring dengan rencana peningkatan produksi yang lebih terukur dari para anggotanya.

Langkah ini dinilai dapat membantu menjaga keseimbangan pasar dan mencegah harga jatuh terlalu dalam. Beberapa eksekutif perusahaan minyak besar dan rumah dagang global juga optimistis pasar minyak akan kembali menguat dalam jangka menengah hingga panjang. 

Mereka menilai bahwa permintaan energi dunia tetap akan tumbuh secara alami seiring pemulihan ekonomi di berbagai kawasan dan meningkatnya kebutuhan bahan bakar di negara berkembang.

Optimisme tersebut menegaskan bahwa fluktuasi harga saat ini masih berada dalam siklus normal industri energi. Investor yang fokus pada fundamental jangka panjang diyakini mampu memanfaatkan situasi ini untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. 

Dalam kondisi di mana harga mengalami tekanan, biasanya muncul peluang restrukturisasi dan efisiensi yang memperkuat daya saing perusahaan minyak global.

Ketegangan Dagang AS–China dan Dampak Terhadap Pasar

Faktor geopolitik, terutama ketegangan antara Amerika Serikat dan China, masih menjadi variabel utama yang memengaruhi arah pasar minyak dunia. Presiden AS Donald Trump menegaskan komitmennya untuk bertemu Presiden China Xi Jinping dalam upaya menurunkan eskalasi ketegangan terkait tarif dan kontrol ekspor. 

Pertemuan tersebut diharapkan dapat menciptakan titik terang bagi stabilitas perdagangan global yang juga berdampak langsung pada industri energi.

Beijing diketahui memperluas pembatasan ekspor mineral tanah jarang, yang merupakan komponen penting bagi industri teknologi tinggi. Sebagai respons, Trump mengancam akan menerapkan tarif tambahan hingga seratus persen dan memberlakukan pembatasan ekspor perangkat lunak mulai awal November. 

Ketegangan ini menciptakan kekhawatiran baru di pasar komoditas global, termasuk minyak mentah, karena dapat mengganggu rantai pasok industri dan memperlambat distribusi energi.

China juga menjatuhkan sanksi terhadap lima anak usaha yang terafiliasi dengan Amerika Serikat. Di sisi lain, kedua negara mulai menerapkan biaya pelabuhan tambahan bagi perusahaan pelayaran internasional. Kebijakan tersebut menimbulkan efek domino terhadap biaya logistik global dan berpotensi memperlebar ketidakpastian pasar.

Bagi investor, kondisi tersebut menuntut strategi yang lebih adaptif. Pergerakan harga minyak kini tidak hanya dipengaruhi oleh faktor fundamental seperti produksi dan konsumsi, tetapi juga oleh dinamika politik internasional. 

Oleh karena itu, penting bagi pelaku pasar untuk terus memantau perkembangan kebijakan perdagangan global dan menyesuaikan strategi investasinya berdasarkan perubahan arah risiko.

Meskipun harga minyak dunia tengah mengalami tekanan, pasar energi tetap menyimpan potensi menarik bagi investor yang memiliki visi jangka panjang. 

Proyeksi surplus pasokan, perbedaan pandangan antara IEA dan OPEC, serta dinamika hubungan dagang AS–China menjadi faktor penting yang membentuk arah pasar dalam beberapa tahun mendatang. 

Dengan strategi yang tepat, penurunan harga minyak saat ini justru dapat menjadi momentum untuk menyiapkan langkah investasi yang lebih matang dan terukur.

Terkini